Jay Chou beradu akting dengan Gwei Lun-mei/Kwai Lun-Mei , sebagai Lu Xiaoyu di Film The Secret. Alur cerita mengenai Jay Chou yang terpesona pada permainan musik Gwei Lun-mei, dan tanpa sadar lama kelamaan mulai menyukainya dikarenakan sifat misterius yang senantiasa diperlihatkan terhadap dirinya.

Gwei Lun-mei sering kali menghilang dan timbul secara tiba-tiba di sekolah yang familiar ketat dan taat akan peraturan ini, sehingga kekeliruan sedikit saja seolah menjadi alasan untuk mendapatkan sanksi dari guru, tetapi meskipun semacam itu tetap saja ada beberapa buah hati-buah hati yang sering kali melaksanakan kenakalan dan memberikan hiburan tersendiri dalam alur cerita dalam film ini.

Adegan-adegan yang diperlihatkan dalam film ini dikontrol sedemikan rupa dengan apiknya, sehingga penonton sesungguhnya sudah dapat menyentuh arah alur cerita, tetapi juga tetap diwujudkan memahami secara logis, sebab dan imbas yang ditimbulkan, dengan pengecualian pada twist akhir cerita yang memberikan beberapa opsi penyelesaian.

Bisa dikatakan akhir cerita yang sungguh-sungguh menarik dan seolah mempersilahkan masing-masing penonton yang menetapkan sendiri akhir ceritanya, tergantung pada penafsiran masing-masing penonton.

Namun yang pasti alur cerita yang seolah mudah tertebak ini akan memberikan akhir yang berbeda dengan dugaan penonton.

Kekuatan tarik film ini memang pada kemahiran Jay Chou yang diperlihatkan sepanjang film, menonjolkan karya-karya musik klasik dengan beberapa improvisasi pribadi yang menarik untuk diperdengarkan.

Jay Chou sendiri ialah seorang musisi, yang tampil menarik https://www.winetourskc.com/ dan fantastis, melewati peluncuran album perdananya berjudul Jay serta mendapatkan penghargaan Best Pop Vocal Album Golden Melody Awards , Penghargaan Musik Penjualan Top IFPI Hong Kong untuk 10 Album Mandarin Terbaik yang Terlaris pada permulaan tahun 2000 an.

Hasil karyanya terus meluas sampai ke dunia film, dengan menjadi pemeran film pria , produser musik sampai produser film. Kecuali The Secret , film layar lebar lainnya yang Jay Chou produseri ialah The Rooftop.

Pandangan cerita perjalanan waktu dan percintaan semacam ini mirip dengan beberapa film Hollywood seperti Somewhere in Time 1980, Kate & Leopold 2001, tetapi dengan hadirnya Jay Chou alunan musik seolah senantiasa mendampingi penonton sepanjang masa pemutaran film dengan durasi 102 menit dan membikin betah menonton sampai akhir film.

Sebagai perbandingan, film ini lebih pantas seandainya dibandingkan dengan film tahun 2006 berjudul The Girl Who Leapt Through Time, yang terinspirasi dari novel karya Yasutaka Tsutsui. Karakter tokoh utama perempuan dalam kedua film ini, sama-sama masih dalam umur sekolah dan sama-sama cakap melaksanakan perjalanan waktu, dengan mengaplikasikan peralatannya sendiri.

Asmara yang terjalin juga menandakan kelabilan remaja di masa sekolah, yang masih terombang ambing akan jalan kehidupan yang mesti dilakukan, penyesalan akan hal-hal yang sudah dilakukan dan macam gejolak emosi lainnya, sehingga membikin penonton kembali terbawa kembali untuk mengingat masa remaja mereka masing-masing.

Menarik untuk dipandang ialah dalam tiap-tiap film percintaan remaja, pasti banyak sekali adegan berlari, kejar mengejar, kesalahfahaman dari sepenggal sesuatu kejadian yang hanya difahami dari salah satu sudut pandang seseorang, penyesalan dan kemudian upaya untuk mengoreksi kesalahfahaman hal yang demikian.

Berhasil atau tidaknya, dikembalikan terhadap sudut pandang masing-masing penontonnya.

Nampak ini secara visual juga berhasil menonjolkan gambar-gambar dengan pewarnaan yang sendu tetapi romantis. Seluruh cantik ketika kedua tokoh karakter ini keluar dari sekolah dan mengendarai sepeda untuk pulang. Arsitektur gedung sekolah dan penekanan warna yang pantas dari permulaan sampai akhir film. ialah hasil karya dari Mark Lee Ping-bing , seorang sinematografer asal Taiwan yang juga sudah memenangkan banyak penghargaan atas puluhan film yang melibatkan dirinya.